SEMARANG (MEDIAAKTUAL.ID) – Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Semarang (USM) menggelar kampanye bertajuk “Berani Bicara! Memutus Rantai Pelecehan Seksual dengan Kesadaran Kolektif” di Balai RW, Jl. Rejosari Gumuk A RT 04 RW 11, Kelurahan Rejosari, Kecamatan Semarang Timur, pada Minggu (22/12/2024).
Kampanye yang dihadiri anggota Karang Taruna Astagina itu mendatangkan pembicara dari Dosen Fakultas Psikologi USM, Kimmy Katkar, S.Psi.,M.Psi., dan Ketua Panitia, Arjuna Bagus.
Menurut Ketua Panitia, Arjuna Bagus, kegiatan tersebut untuk meningkatkan kesadaran kolektif masyarakat dalam memutus rantai pelecehan seksual.
“Kampanye ini sebagai respon terhadap meningkatnya kasus pelecehan seksual di masyarakat. Dalam kegiatan ini , mahasiswa bekerja sama dengan karang taruna untuk memberikan edukasi dan mendorong masyarakat agar lebih berani berbicara serta melaporkan tindakan pelecehan seksual,” katanya.
Lebih lanjut, Arjuna menekankan pentingnya menciptakan lingkungan yang aman bagi semua orang.
“Setiap individu berhak merasa aman. Kami ingin mendorong masyarakat untuk tidak takut berbicara, sehingga kasus pelecehan seksual dapat segera ditangani. Dengan kesadaran kolektif, kita bisa menciptakan perubahan,” tambahnya.
Tak hanya penyuluhan, pihaknya juga memanfaatkan media sosial untuk memperluas jangkauan kampanye, sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima oleh lebih banyak masyarakat.
Arjuna berharap, korban pelecehan seksual tidak lagi merasa sendiri dan mendapatkan dukungan yang dibutuhkan.
“Kami mahasiswa Ilmu Komunikais USM dan Karang Taruna Astagina juga berkomitmen untuk terus mendukung edukasi dan sosialisasi terkait isu ini di masa depan, agar semakin banyak orang yang sadar akan pentingnya menjaga keselamatan dan martabat sesama,” ungkapnya.
Sementara itu, Dosen Fakultas Psikologi USM, Kimmy Katkar, S.Psi.,M.Psi mengatakan, pelecehan seksual tidak hanya meninggalkan bekas fisik, namun juga dampak yang dalam pada kesehatan mental korban.
“Banyak korban mengalami kecemasan, depresi, dan trauma jangka panjang. Hal ini sering kali membuat mereka merasa terisolasi dan tidak percaya diri. Saya berharap, dengan kegiatan ini bisa mengangkat suara para korban dan menekankan kembali pentingnya dukungan psikologis,” ucapnya.
01