SEMARANG (MEDIAAKTUAL.ID) – Model bisnis konservasi yang berkelanjutan dengan mengintegrasikan aspek ekonomi, sosial, dan ekologi dalam pengembangan bisnis hasil hutan bukan kayu (HHBK) di Taman Hutan Raya (Tahura) KGPAA Mangkunegoro I, Karanganyar, Jawa Tengah di telah dipresentasikan oleh Dr. Adijati Utaminingsih, S.E., M.M., dan Dr. Rohmini Indah Lestari, dari Pusat Riset Green dan Blue Economy LPPM Universitas Semarang di ruang sidang kantor Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Jawa Tengah, Kamis (26/4) baru-baru ini.
Hadir pada acara tersebut antara lain Ketua LPPM USM Prof. Dr. Ir. Mudjiastuti Handajani, M.T, staf LPPM, Prof. Dr. Ir. Rohadi, M.P (Kabid Penelitian), Ir. Bambang Tutuko, M.T., Sekretaris DLHK Jateng Dwi Haryanto, S.Hut, M.Eng, Kabid Bidang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Konservasi SDA, Soegiharto, S.Hut, M.P., dan kepala Tahura dan staf.
Dalam paparannya, Dr. Adijati menjelaskan, penelitian tersebut digunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Data diperoleh dengan melibatkan wawancara intens dengan responden, observasi partisipatif, serta analisis dokumen kebijakan.
”Disimpulkan bahwa keberhasilan pengelolaan HHBK sangat dipengaruhi oleh sinergi antara Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Tahura, Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), Badan Usaha Milik Desa (Bumdes), dan Kelompok Tani Hutan (KTH),” katanya.
Menurutnya, model bisnis yang dikembangkan menekankan pentingnya harmonisasi regulasi, kolaborasi multi-stakeholder, serta penerapan kearifan lokal dalam tata kelola HHBK.
”Selain itu, optimalisasi HHBK dapat memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan bagi masyarakat sekitar melalui diversifikasi produk, penguatan pemasaran berbasis digital, dan skema sertifikasi berbasis komunitas,” ujarnya.
Sementara itu, Agnesia Putri Kurnianingtyas, S.T., M.T., M.Sc., dari Pusat Riset Pariwisata dan Lingkungan mengatakan, peluang untuk mengembangkan pariwisata alam di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kawasan Tahura KGPAA Mangkunagoro I dan sekitarnya, cukup besar.
Kawasan di sekitar Tahura KGPAA Mangkunegoro I memiliki daya Tarik wisata yang kuat, dengan keunggulan sumber air, pemandangan alam, dan infrastruktur yang memadai. Namun untuk Tahura KGPAA Mangkunagoro I, karena kawasan hutan konservasi maka pengembangannya tidak boleh mengubah konsep itu.
”Penambahan fasilitas seperti lintasan trail yang lebih Panjang layak dipertimbangkan. Berdasarkan kriteria standar pengembangan pariwisata dengan beberapa variabel, sesungguhnya Kawasan Tahura KGPAA Mangkunagoro I lebih kuat dibanding Kawasan yang sudah ada antara lain Wisata Jumog,” ungkapnya.
Selain presentasi hasil riset, pada kesempatan tersebut dipresentasikan juga hasil pengabdian kepada Masyarakat, antara lain pelatihan fotografi pembuatan konten media sosial yang dipaparkan oleh Dr. Any Setyorini, pelatihan manajemen rumah penginapan oleh Herman Novry Kristiansen Paninggiran, S.E., M.MPar, dan hasil pelaksanaan pendampingan teknis cara pemasangan bronjong di Dusun Sukuh Karanganyar.
Pada kesempatan tersebut, DLHK Jawa Tengah yang diwakili oleh Sekretaris DLHK menyampaiakan terima kasih dan apresiasi yang nyata atas hasil-hasil riset dan PkM yang telah dilakukan dan akan dipakai untuk rekomendasi dalam program-program pengembangan Kawasan wisata yang menjadi kewenangannya.
”Kerja sama riset dan PkM akan dilanjutkan pada waktu-waktu mendatang, sebab USM telah menandatangani MoU dengan Pemprov Jawa Tengah, sementara LPPM sudah PKS dengan DLHK,” jelas Putri.
01